
Dari Larva Jawa; Treatment yang Berbeda Menentukan Rasa
Di Kalimantan, pembenih bukan raja. Justru makelar yang lebih berkuasa. Sebagian besar benih, terutama patin dan nila datang dari Jawa Barat. Sementara pembenih lokal lebih sering jadi penonton. Paling banter, jadi tempat “deder”, penampungan sementara sebelum benih masuk kolam pembesaran.
Benih patin? Jangan tanya. Sembilan puluh persen dari Jawa. Banjarmasin hanya kebagian 10 persen. Dan itu pun karena logistik dan jaringan lokal. Tapi soal performa? Peternak di Kalimantan sepakat: hasil pijahan Jawa Barat memang lebih optimal untuk dibesarkan. Entah kenapa, larva dari Cianjur atau Subang bisa tumbuh lebih cepat dan lebih mantap.
Lele? Ah, ini yang paling sulit. Saya sudah survei ke berbagai titik. Tidak ada yang benar-benar memuaskan. Belum ketemu benih lele yang bikin hati tenang. Tapi ya sudahlah, sementara pakai yang “lumayan” dulu. Nanti kita kembangkan induk sendiri.
Patin dari Jawa mengalir deras ke Kalimantan. 5 sampai 10 juta ekor per bulan. Iya, per bulan. Belum lagi benih nila. Tapi yang lebih bikin melongo: dari benih itu, supply chain patin Kalimantan bisa tembus 4.000 ton lebih per bulan. Empat ribu ton!
Dan ternyata, ikan-ikan ini tidak hanya berenang untuk pasar lokal. Ikan Kalimantan menyebar: ke Samarinda, Balikpapan, bahkan menyeberang laut sampai ke Bali. Yang bikin geleng-geleng kepala: patin dari Kalimantan lebih laku di Bali dibanding patin dari Tulungagung. Padahal secara geografis, Tulungagung lebih dekat. Alasannya? Rasa daging patin Kalimantan lebih manis.
Ini bukan soal air, bukan soal varietas, bukan soal genetik. Ini soal ransum. Apa yang dimakan ikan ternyata jauh lebih menentukan daripada dari mana ia berasal. Dan ini pelajaran besar dalam bisnis apa pun: sumber boleh sama, tapi treatment menentukan rasa.
Saya pikir-pikir, kita ini kadang sibuk mencari varietas unggul, teknologi canggih, sampai benih-benih ajaib. Padahal bisa jadi, yang lebih penting adalah apa yang kita beri makan. Bukan cuma ke ikan. Tapi ke anak-anak kita, ke masyarakat kita, bahkan ke pikiran kita sendiri.