Tazakka, Trubus Iman, dan Kebangkitan Islam
OLEH: ERDY NASRUL
WARTAWAN REPUBLIKA
Tahun ini saya berkesempatan mengunjungi dua aset wakaf yang luar biasa. Pertama adalah Pondok Modern Tazakka di Kecamatan Bandar, Kabupaten Batang, Jawa Tengah. Jika sampai di Pasar Bandar, akan terlihat jelas masjid Az-Zaki Pondok Modern Tazakka yang menaranya menjulang ke langit.
Pondok ini bermula dari tanah wakaf seluas 1,5 hektare. Kemudian mulai dibangun menjadi masjid, asrama, dan kelas pada 2011. Kini aset pesantren ini sudah berkembang menjadi belasan hektare. Sebanyak 500 santri belajar di sana. Mereka datang dari berbagai daerah di Pulau Jawa. Bahkan beberapa waktu lalu ada santri Afghanistan yang belajar di sana.
Mereka diajarkan Kitab Ta’limul Muta’allim sehingga mengetahui bagaimana harus bersikap menghadapi para asatiz dan orang tua. Juga berusaha mendapatkan ridha guru agar mudah menyerap ilmu. Alumninya sudah tersebar di berbagai perguruan tinggi, dalam dan luar negeri.
Pesantren berikutnya adalah Trubus Iman di Kecamatan Tanah Grogot Kabupaten Tanah Paser Kalimantan Timur. Perjalanan 4 jam dari Kota Balikpapan. Pesantren seluas 30 hektare ini dihidupkan dari wakaf 300 hektare kebun kelapa sawit. Aset perkebunan tersebut diwakafkan belum lama ini. Ikrarnya disampaikan langsung oleh sang wakif, H Tony Budi Hartono disaksikan ratusan orang. Termasuk Gubernur Kalimantan Timur Isran Noor, dan sejumlah ulama.
Setelah H Tony berikrar wakaf, tiba-tiba sebagian hadirin ikut mewakafkan harta dan profesinya. Seketika itu, Masjid Agung Samarinda menjadi arena ikrar wakaf yang ramai. Ibadah sosial ini pun semakin digemari masyarakat Kalimantan Timur, daerah yang kaya dengan sumber daya alam.
Ada beberapa hal menarik dari dua misal wakaf ini. Pertama, setelah diwakafkan, pesantren tersebut semakin berkembang, bahkan pesat. Tazakka misalkan. Pembangunannya terus berjalan. Bahkan pimpinannya, KH Anang Rikza Masyhadi, KH Anizar Masyhadi, dan KH Bisri, sudah merencanakan pembangunan pondok putri dan perguruan tinggi.
Pondok ini juga sudah memiliki sejumlah unit usaha yang menopang perekonomian dan pembangunan pondok. Ada unit usaha pecah batu, minimarket, ayam cepat saji, dan lainnya. Keuntungan dari bisnis tersebut dimanfaatkan untuk menambah sarana pondok.
Pondok Trubus Iman pun demikian. Di sana sudah ada unit usaha air mineral, kawasan wisata alam dan perkebunan, termasuk restoran di dalamnya. Rencananya akan ada unit usaha lain yang dibangun untuk menopang keberlangsungan pondok.
Sudah ada 1.300 pelajar dari mulai PAUD sampai aliyah. Mereka berasal dari berbagai daerah sekitar Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, dan sejumlah daerah di Indonesia.
Rencananya, Trubus Iman juga akan membuka perguruan tinggi yang berfokus pada ekonomi syariah dan kewirausahaan. Target mahasiswanya adalah para alumni Trubus Iman dan sekolah menengah atas sekitarnya.
Kedua, setelah diwakafkan, pengelolaan dan manajemen menjadi lebih profesional. Lebih transparan. Tidak ada yang berhak memiliki atau memonopoli aset tersebut. Karena dikelola oleh nazir profesional yang mempertanggungjawabkan kinerjanya kepada umat dan Allah. Dunia dan akhirat.
Pengelolaan seperti itu mencakup pembangunan infrastruktur seperti pergedungan dan penambahan fasilitas. Juga sumber daya manusia dengan menyekolahkan kader ke berbagai perguruan tinggi.
Selanjutnya adalah pengembangan wakaf. Bisa berupa pengembangan amal usaha. Sehingga aset wakaf menjadi bertambah dan lebih memberi manfaat kepada masyarakat. Baik berupa produk yang dikonsumsi khalayak sekitar maupun penyerapan tenaga kerja sehingga mengurangi angka pengangguran dan menekan kemiskinan.
Bukan hanya Tazakka dan Trubus Iman yang melakukan itu. Jauh sebelum mereka, wakaf Baitul Asyi di Makkah sudah mengerjakan hal yang sama. Aset wakaf Habib Bugak al-Asyi yang manfaatnya dirasakan masyarakat Aceh itu semakin bertambah.
Ada Hotel Elaf Masyair di Ajyad, Hotel Ramada di wilayah yang sama, Hotel Wakaf Habib Bugak Asyi di Aziziah, Tanah dan bangunan seluas 900 meter di Aziziah, dan gedung di kawasan Syaukiyah yang dibeli tahun 2017 senilai 6 juta Riyal. Banyak lagi contoh wakaf yang terus berkembang dan memberikan manfaat kepada masyarakat luas.
Indonesia merupakan negara Muslim terbesar di dunia. Aset wakaf di negeri ini tersebar di berbagai tempat. Kementerian Agama mencatat tanah wakaf di negeri ini mencapai 160-an ribu hektare. Namun sayang, hanya sedikit yang produktif. Lebih banyak yang dimanfaatkan untuk sosial, sehingga harus lebih diberdayakan.
Belajar dari pengalaman Tazakka, Trubus Iman, dan Habib Bugak, seharusnya aset wakaf mampu dikelola secara produktif. Bisa digunakan untuk menghasilkan produk berkualitas, sehingga lebih memberikan manfaat.
Caranya dengan menyinergikan pihak pengusaha Muslim, akademisi, ulama, dan para nadzir. Semuanya dilibatkan untuk membuat perencanaan dan pelaksanaan wakaf produktif.
Badan Wakaf Indonesia (BWI) dan Kementerian Agama (Kemenag) harus menjadi leading sector. Bahkan bila perlu ajak lembaga lain untuk ikut terlibat menghidupkan aset wakaf di negeri ini.
Sebab dengan pengelolaan dan pemanfaatan yang profesional, aset wakaf akan memberikan multiplier effect yang luar biasa terhadap perekonomian negeri ini. Tentu ada banyak orang yang diberdayakan sehingga taraf hidupnya meningkat. Potensi lokal akan lebih terangkat. Pembangunan akan lebih merata. Dan akhirnya, pemerintah terbantu untuk membangun negeri ini.
Bahkan dengan pengelolaan wakaf yang profesional, pariwisata ramah Muslim, gaya hidup, busana Muslim, Media Muslim, dan makanan halal, akan ikut berkembang pesat. Sehingga Indonesia menjadi barometer penerapan ekonomi syariah dunia.
Saya teringat pernyataan cendekiawan Turki Prof Alparslan Acikgenc ketika diwawancarai Republika pekan lalu. Dia optimistis Islam akan bangkit kembali di dua tempat. Pertama adalah Indonesia. Lainnya Turki.
Saya meyakini kebangkitan Islam di negeri ini terjadi pada ekonomi syariah. Permulaannya adalah wakaf seperti Tazakka, Trubus Iman, Gontor, dan lainnya. Wakaf kemudian akan menghidupkan potensi umat sehingga menjadi komunitas berpengaruh dan disegani. Besar dan menginspirasi dunia, seperti kejayaan Islam pada masa lalu.